Mengapa
“Kumpul Bareng”?
Seperti
yang kadang saya lakukan, kalau pas tidak ada inspirasi untuk menulis buku atau
capek mengerjakan tugas, saya asyik bermain “puzzle” di ruang rekreasi di
sebelah kantor Br. Martin Handoko. Ketika sedang asyik bermain puzzle,
tiba-tiba Br. Martin keluar dari ruangannya sambil berkata, “Eh Theo, piye nek
diusahakan ada kumpul-kumpul bareng lagi para pastor-suster-bruder dan frater
yang ada di Belanda dan sekitarnya! Saya kebetulan bertemu dengan Sr. Mariette
PIJ dan menannyakan kok lama tidak ada kumpul-kumpul lagi. Kalau dulu sering
diusahakan atau dikoordinasi oleh Br. Antherus.” Saya yang sedang asyik mencari
potongan puzzle, hanya mendengarkan saja sambil tersenyum. Saya tidak terlalu
antusias menanggapinya dan bertanya dalam hati, bagaimana saya harus
mengusahakannya. Walau sudah hampir tiga tahun saya tinggal di Belanda, tetapi
saya tidak banyak bergaul dan tidak memiliki banyak teman. Kemudian saya
menjawab singkat, “baik juga kalau diusahakan”. Sudah; selesai sampai di situ
saja saat itu.
Setelah dua atau tiga hari, saya berpikir ada baiknya juga diadakan acara kumpul bareng lagi. Saya mencoba mencari arsip tentang nama dan alamat untuk pertemuan para ex-misionaris Belanda di Indonesia yang diadakan pada tahun 2013 yang lalu. (Saya sendiri malah tidak dapat mengikutinya, tetapi ikut bangga dan bahagia mendengarkan dan mendapatkan kesan sangat positif dari peserta dan juga panitia dan teman-teman semua). Waktu itu yang muncul dalam pikiran saya adalah menghubungi teman-teman yang dulu menjadi panitia yaitu Sr. Theresia Supriyanti JMJ, Sr. Felisita Budiarti SPM, dan Sr. Terry CB. Dari mereka saya mendapatkan respon yang positif dan semangat mendukung untuk acara kumpul bareng. Mereka menyerahkan kepada saya untuk menulis surat undangan dan mengirimkannya kepada teman-teman yang dapat dihubungi lewat E-mail atau Facebook. Saya juga mencoba menghubungi Sr. Emilia Dian PMY (yang sudah berteman di FB dan tinggal di Den Bosch) untuk menyampaikan kepada Sr. Theresia Supriyanti JMJ tentang gagasan kumpul bareng tersebut. Lewat WA kami saling kontak dan sedikit mematangkan rencana pertemuan terutama yang paling penting adalah mengenai tanggal dan tempat untuk pertemuan.
Tidak lama kemudian dengan penuh semangat Sr. Theresia Supriyanti JMJ dan Sr. Felisita Budiarti SPM mendukung saya untuk mengadakan pertemuan pada tanggal 30 Desember 2015 di Generalat JMJ ’s-Hertogenbosch. (Saya waktu itu berpikir kok hari Rabu, bukan hari Sabtu atau Minggu, apakah akan banyak teman yang dapat berkumpul jikalau pada hari kerja seperti itu. Namun, Sr. Felisita Budiarti SPM meyakinkan bahwa pada hari-hari tersebut mestinya semua libur dan dapat diatur). Dan ternyata salah satu alasannya adalah karena kalau tempatnya di Generalat JMJ, mesti sebelum Januari 2016, karena pada sekitar minggu awal Januari 2016 Sr. Theresia JMJ akan berada di Indonesia. Akhirnya setelah mendapat kepastian mengenai tempat dan tanggal, saya membuat draft surat undangan yang kemudian diperbaiki oleh Br. Martin Handoko FIC dan Sr. Terry CB dan mengirimkannya kepada saudara-saudari sepanggilan sesuai dengan alamat e-mail yang kami miliki.
Dengan bantuan Sr. Terry CB, Sr. Felisita SPM dan Sr. Wahyu PMY, akhirnya cukup banyak teman yang dapat dihubungi entah lewat E-mail, WA atau BBM atau telepon. Pada daftar sementara waktu itu ada sekitar 36 pastor-suster-bruder-frater yang bersedia untuk hadir.
Ada sedikit “masa kritis” pada waktu itu. Ketika surat undangan sudah beredar, karena situasi dan kondisi yang memang dapat sangat dipahami dan dimengerti, Sr. Theresia Supriyanti JMJ sambil masih tetap memberikan semangat kepada saya untuk mengadakan acara kumpul bareng, sangat kecewa dan menyesal karena harus segera berangkat ke Indonesia paling lambat pada tanggal 6 atau 7 Desember 2015. Saya waktu itu agak khawatir juga, lalu tempatnya mesti di mana karena tidak mungkin menggunakan Generalat JMJ tanpa ada para suster JMJ Indonesia di sana. Kemudian saya mengadakan kontak intensif dengan Sr. Felisita SPM dan Sr. Wahyu PMY (maaf Sr. Wahyu, pada waktu itu saya sempat memohon dengan “memaksa” sebisa mungkin tempatnya di PMY yang terletak di tengah, he he pasti merepotkan Suster dan para suster PMY Indonesia lain di Generalat PMY waktu itu) Syukurlah, setelah beberapa kali kontak, dipastikan bahwa kita diijinkan untuk menggunakan Generalat PMY sebagai tempat pertemuan. (terimakasih Sr. Antonie PMY, yang pasti berperan besar dalam urusan perijinan ini). Dengan segera kami mengirimkan surat undangan yang kedua (susulan) dengan perubahan tempat dari Generalat JMJ ke Generalat PMY yang sama-sama di Den Bosch.
Tentu saja dengan dikirimkannya undangan masih ada hal-hal yang perlu dibicarakan bersama. Maka kami yang menyebut diri panitia informal (Felisita, Wahyu, Terry, dan Theo) bersepakat (setelah bernegosiasi mengenai tempat, tanggal dan jam pertemuan) untuk bertemu bersama (rapat istilahnya) di Generalat PMY (sambil melihat tempat dan situasinya) pada tanggal 18 Desember 2015, pkl. 14.30 - 16.00. (banyak sharingnya daripada rapatnya ha ha ha, karena sudah saling mengenal dan pernah menjadi panitia bersama sehingga yang inti cepat selesai dibicarakan, walau setelahnya ada beberapa hal yang dibahas lagi karena kelupaan). Dari rapat tersebut diputuskan beberapa hal yang pokok untuk acara pertemuan “kumpul bareng”. Pada saat itu juga disepakati ada perubahan acara dari Ibadat Syukur menjadi Perayaan Ekaristi yang diusulkan dipimpin oleh Rm. Marianus SVD dan Rm. Herry OSC. Kami tidak sempat memberitahukan perubahan ini kepada semua teman, tetapi saya kira tidak ada teman yang kecewa dengan perubahan tersebut. Maka diselang waktu kurang lebih 10 hari, kami kontak-kontakan dan saling memberi informasi atau usulan untuk acara pada hari H. Termasuk untuk acara sampai pada hari H mengalami perubahan sampai empat kali, karena kita harus menyesuaikan dengan acara di Komunitas Generalat dan Regional PMY.
Syukurlah, bahwa akhirnya semuanya dapat berjalan lancar dan cukup banyak saudara dan saudari kita yang hadir, walau direncanakan dan diinformasikan hanya dalam waktu sekitar satu bulan. Saya bangga dan menghargai saudara dan saudari yang dengan penuh sukacita berkenan hadir dan mendukung acara kita bersama. Juga terharu bahwa suster pimpinan komunitas OCD rela menemani sesama susternya, juga suster dari
PIJ (Aachen) yang menemani dan ikut bersukacita bersama. Syukur dan salut untuk Suster-suster Regional Bestuur PMY yang dengan ketulusan dan sukacita menyambut dan merelakan komunitasnya terganggu karena kehadiran kita, dan tentu saja para Suster PMY Indonesia di Generalat PMY yang dengan kerjakerasnya melayani dan menyambut kita semua. Kita hunjukkan syukur dan pujian kepada Tuhan yang menyelenggarakan pertemuan kita.
Tentu tidak dapat disangkal ajang pertemuan itu perlu kita syukuri bersama karena menjadi tonggak lahirnya wadah persaudaraan kita (Persaudaraan Misionaris Indonesia). Semoga wadah ini sungguh menjadi wahana persaudaraan kita untuk saling mendukung dan membagikan kegembiraan sebagai misionaris Indonesia yang sedang berkarya di Belanda dan sekitarnya. Mari jabat erat dan peluk hangat sebagai sesama dalam Kristus dan sepanggilan. Hidup kita bagi Tuhan dan sesama, semoga Tuhan semakin dimuliakan dan sesama semakin disejahterakan.
Setelah dua atau tiga hari, saya berpikir ada baiknya juga diadakan acara kumpul bareng lagi. Saya mencoba mencari arsip tentang nama dan alamat untuk pertemuan para ex-misionaris Belanda di Indonesia yang diadakan pada tahun 2013 yang lalu. (Saya sendiri malah tidak dapat mengikutinya, tetapi ikut bangga dan bahagia mendengarkan dan mendapatkan kesan sangat positif dari peserta dan juga panitia dan teman-teman semua). Waktu itu yang muncul dalam pikiran saya adalah menghubungi teman-teman yang dulu menjadi panitia yaitu Sr. Theresia Supriyanti JMJ, Sr. Felisita Budiarti SPM, dan Sr. Terry CB. Dari mereka saya mendapatkan respon yang positif dan semangat mendukung untuk acara kumpul bareng. Mereka menyerahkan kepada saya untuk menulis surat undangan dan mengirimkannya kepada teman-teman yang dapat dihubungi lewat E-mail atau Facebook. Saya juga mencoba menghubungi Sr. Emilia Dian PMY (yang sudah berteman di FB dan tinggal di Den Bosch) untuk menyampaikan kepada Sr. Theresia Supriyanti JMJ tentang gagasan kumpul bareng tersebut. Lewat WA kami saling kontak dan sedikit mematangkan rencana pertemuan terutama yang paling penting adalah mengenai tanggal dan tempat untuk pertemuan.
Tidak lama kemudian dengan penuh semangat Sr. Theresia Supriyanti JMJ dan Sr. Felisita Budiarti SPM mendukung saya untuk mengadakan pertemuan pada tanggal 30 Desember 2015 di Generalat JMJ ’s-Hertogenbosch. (Saya waktu itu berpikir kok hari Rabu, bukan hari Sabtu atau Minggu, apakah akan banyak teman yang dapat berkumpul jikalau pada hari kerja seperti itu. Namun, Sr. Felisita Budiarti SPM meyakinkan bahwa pada hari-hari tersebut mestinya semua libur dan dapat diatur). Dan ternyata salah satu alasannya adalah karena kalau tempatnya di Generalat JMJ, mesti sebelum Januari 2016, karena pada sekitar minggu awal Januari 2016 Sr. Theresia JMJ akan berada di Indonesia. Akhirnya setelah mendapat kepastian mengenai tempat dan tanggal, saya membuat draft surat undangan yang kemudian diperbaiki oleh Br. Martin Handoko FIC dan Sr. Terry CB dan mengirimkannya kepada saudara-saudari sepanggilan sesuai dengan alamat e-mail yang kami miliki.
Dengan bantuan Sr. Terry CB, Sr. Felisita SPM dan Sr. Wahyu PMY, akhirnya cukup banyak teman yang dapat dihubungi entah lewat E-mail, WA atau BBM atau telepon. Pada daftar sementara waktu itu ada sekitar 36 pastor-suster-bruder-frater yang bersedia untuk hadir.
Ada sedikit “masa kritis” pada waktu itu. Ketika surat undangan sudah beredar, karena situasi dan kondisi yang memang dapat sangat dipahami dan dimengerti, Sr. Theresia Supriyanti JMJ sambil masih tetap memberikan semangat kepada saya untuk mengadakan acara kumpul bareng, sangat kecewa dan menyesal karena harus segera berangkat ke Indonesia paling lambat pada tanggal 6 atau 7 Desember 2015. Saya waktu itu agak khawatir juga, lalu tempatnya mesti di mana karena tidak mungkin menggunakan Generalat JMJ tanpa ada para suster JMJ Indonesia di sana. Kemudian saya mengadakan kontak intensif dengan Sr. Felisita SPM dan Sr. Wahyu PMY (maaf Sr. Wahyu, pada waktu itu saya sempat memohon dengan “memaksa” sebisa mungkin tempatnya di PMY yang terletak di tengah, he he pasti merepotkan Suster dan para suster PMY Indonesia lain di Generalat PMY waktu itu) Syukurlah, setelah beberapa kali kontak, dipastikan bahwa kita diijinkan untuk menggunakan Generalat PMY sebagai tempat pertemuan. (terimakasih Sr. Antonie PMY, yang pasti berperan besar dalam urusan perijinan ini). Dengan segera kami mengirimkan surat undangan yang kedua (susulan) dengan perubahan tempat dari Generalat JMJ ke Generalat PMY yang sama-sama di Den Bosch.
Tentu saja dengan dikirimkannya undangan masih ada hal-hal yang perlu dibicarakan bersama. Maka kami yang menyebut diri panitia informal (Felisita, Wahyu, Terry, dan Theo) bersepakat (setelah bernegosiasi mengenai tempat, tanggal dan jam pertemuan) untuk bertemu bersama (rapat istilahnya) di Generalat PMY (sambil melihat tempat dan situasinya) pada tanggal 18 Desember 2015, pkl. 14.30 - 16.00. (banyak sharingnya daripada rapatnya ha ha ha, karena sudah saling mengenal dan pernah menjadi panitia bersama sehingga yang inti cepat selesai dibicarakan, walau setelahnya ada beberapa hal yang dibahas lagi karena kelupaan). Dari rapat tersebut diputuskan beberapa hal yang pokok untuk acara pertemuan “kumpul bareng”. Pada saat itu juga disepakati ada perubahan acara dari Ibadat Syukur menjadi Perayaan Ekaristi yang diusulkan dipimpin oleh Rm. Marianus SVD dan Rm. Herry OSC. Kami tidak sempat memberitahukan perubahan ini kepada semua teman, tetapi saya kira tidak ada teman yang kecewa dengan perubahan tersebut. Maka diselang waktu kurang lebih 10 hari, kami kontak-kontakan dan saling memberi informasi atau usulan untuk acara pada hari H. Termasuk untuk acara sampai pada hari H mengalami perubahan sampai empat kali, karena kita harus menyesuaikan dengan acara di Komunitas Generalat dan Regional PMY.
Syukurlah, bahwa akhirnya semuanya dapat berjalan lancar dan cukup banyak saudara dan saudari kita yang hadir, walau direncanakan dan diinformasikan hanya dalam waktu sekitar satu bulan. Saya bangga dan menghargai saudara dan saudari yang dengan penuh sukacita berkenan hadir dan mendukung acara kita bersama. Juga terharu bahwa suster pimpinan komunitas OCD rela menemani sesama susternya, juga suster dari
PIJ (Aachen) yang menemani dan ikut bersukacita bersama. Syukur dan salut untuk Suster-suster Regional Bestuur PMY yang dengan ketulusan dan sukacita menyambut dan merelakan komunitasnya terganggu karena kehadiran kita, dan tentu saja para Suster PMY Indonesia di Generalat PMY yang dengan kerjakerasnya melayani dan menyambut kita semua. Kita hunjukkan syukur dan pujian kepada Tuhan yang menyelenggarakan pertemuan kita.
Tentu tidak dapat disangkal ajang pertemuan itu perlu kita syukuri bersama karena menjadi tonggak lahirnya wadah persaudaraan kita (Persaudaraan Misionaris Indonesia). Semoga wadah ini sungguh menjadi wahana persaudaraan kita untuk saling mendukung dan membagikan kegembiraan sebagai misionaris Indonesia yang sedang berkarya di Belanda dan sekitarnya. Mari jabat erat dan peluk hangat sebagai sesama dalam Kristus dan sepanggilan. Hidup kita bagi Tuhan dan sesama, semoga Tuhan semakin dimuliakan dan sesama semakin disejahterakan.
(Salam persaudaraan, theoriyanto FIC)